Minggu, 10 Juli 2011

DEKAT DI MATA DEKAT DI HATI


Shorim min ghairi syiddah” itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kepribadian tokoh profil kita kali ini. Beliau pasti sudah tidak asing lagi di tengah-tengan keluarga MTsN. Tembelang. Siapakah beliau ? Beliau adalah Bapak Mohammad Fauzi, M. Pd. Saat ini, beliau berdomisili di Desa Banjarsari Bandar Kedungmulyo Perak Jombang.
Tokoh muda kita ini. yang kelahiran 14 Agustus 1973 memang tergolong guru yang paling muda di antara guru-guru MTsN. Tembelang yang saat ini mencapai Gol-IV. Sebab, ketika beliau diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) juga masih dalam usia yang relative muda. Namun walaupun demikian beliau adalah sosok yang disegani.
Perjalanan pendidikan beliau di awali di SDN Banjarsari, kemudian SMPN I Perak, SMU Muhammadiyah Jombang, IKIP PGRI Kediri ( S-1 ) dan terakhir UHAMKA Jakarta ( S -1 ).
Dari pernikahannya dengan Ifayatul Masluchah, beliau dikaruniai 1 orang putra dan 1 orang putra. Yang pertama bernama : Fafa Zinedine Zidane Fauzi ( 6 tahun ) dan yang kedua bernama : Fafa Azarin Rosendriya Fauzi ( 1 tahun ).
Perjalanan karir beliau sebagai seorang guru olahraga tergolong mulus dan lancer saja. Sebab, sejak di angkat sebagai PNS tahun 1998 di MTsN. Tembelang ini sampai sekarang belum pernah dimutasi ke tempat manapun. Bahkan beliau termasuk yang memolopori hijrahnya MTsN. Tembelang dari YPI Praja Putra hingga menjadi MTsN. Tembelang yang mandiri seperti saat ini.
Masa kerja 13 tahun di MTsN. Tembe-lang, merupakan perjalanan yang cukup matang. Dan kiprah beliau dari sebagai PKM Kesiswaan, Wakil Kepala Madrasah, PKM Pengembangan Mutu dan saat ini adalah PKM Kurikulum sudah banyak sumbangsih pemikiran yang beliau berikan demi kebaikan dan kemajuan MTsN. Tembelang ini.
Dengan pribadi yang “ Shorim min ghairi syiddah “ tegas tapi tanpa menggunakan kekerasan, inilah yang menjadikan beliau selalu “ Dekat Di Mata Dekat Di Hati “ di kalangan para siswa. Sebagai sosok yang humoris beliau selalu dekat dengan siswa. Walaupun demikian tetap tidak mengurangi kepribadian beliau sebagai guru yang berwibawa dan disegani. Bahkan beliau seringkali menjadi tumpuan pertanyaan para alumni tentang MTsN. Tembelang. Ini menggambarkan bahwa beliau adalah sosok yang selalu terkenang di hati para Alumni.
Para pembaca yang budiman. Tentu banyak yang bisa kita pelajari dari kepribadian beliau. Bahwa ternyata untuk menjadi seorang yang berwibawa tidak harus dengan kekerasan. Dan dengan pribadi yang humoris serta dekat dengan siapapun akan menjadikan kita kan selalu di ingat dan dikenang. Ibarat pepatah “ Gajah mati meninggalakan gading dan manusia mati akan meninggalkan nama “. Artinya kita akan selalu diingat dan dikenang karena kebaikan-kebaikan kita kepada orang lain. *****
“Berbuatlah kebaikan walau hanya dengan senyuman”

UJIAN UNTUK BELAJAR ATAU BELAJAR UNTUK UJIAN


Mama Farichah baru datang dari shoping. Ketika masuk rumah, ia melihat anaknya sedang serius belajar.
“ Belajar, cha ? “
“ Ya, Ma. Besok ujian semester “
Sepotong percakapan tadi seringkali kita temui sebagai gambaran kondisi siswa saat ini. Dia akan lebih serius belajar apabila sudah dihadapkan pada sebuah ulangan atau ujian. Hal itu mungkin masih bisa dikatakan lumayan, sebab juga tidak sedikit siswa yang mau ujian atau tidak juga tidak mau belajat alias “ No Rekent “ (tidak punya perhatian sama sekali – Red). Ini sebuah kondisi yang fantastis atau memperihatinkan ?.
Kalau kondisinya demikian, berarti siswa masih memiliki pemahan bahwa “ Belajar Untuk Ujian “. Artinya, setiap kali akan menghadapi ujian – Ulangan Harian, Mid Semester, Ujian Semester, Try Out, UAM, bahkan mungkin juga UN – baru dia akan belajar lebih serius.
Sebenarnya, pemahaman seperti ini adalah salah. Karena seharusnya “ UJIAN UNTUK BELAJAR “ bukan “ BELAJAR UNTUK UJIAN “. Artinya, ada ujian atau tidak siswa harus tetap belajar. Sehingga akan selalu siap ujian kapan dan di manapun. Dan seorang guru tidak akan menemukan jawaban “ TIDAK “ ketika tanpa pemberitahun dia akan mengadakan sebuah ulangan harian.
Inilah yang harus dicamkan pada diri setiap siswa dan bahkan mungkin harus dijadikan slogan agar siswa terbiasa untuk belajar bukan hanya ketika akan menghadapi ujian saja

BELAJAR DARI PROSES KEHIDUPAN


Para pembaca -
Yang budiman,-
Pada edisi bule- tin kreatif kali ini
kita menampil -kan sosok wani-ta, dia adalah : Kepala Tata -
Usaha MTsN. - Tembelang.Siapakah dia ? Dia adalah Ibu Luluk Masyhuratin Ni,mah, S. Pd. Beliau dilahirkan di Jombang pada 10 Oktober 1963 yang lalu. Saat ini, beliau berdomisili di Perum Sambong Indah Blok K-3 Jombang.
Ibu Ka TU kita ini, mengawali pendidikannya di SDN Sentul I (1975 ), kemudian nyantri di Pondok Pesantren “ Persis “ Bangil selama 6 tahun dan lulus tahun 1981, lalu menempuh sarjana muda di Uneversitas Muhammadiyah Surabaya dan terakhir mengambil S-1 di Universitas Kanjuruan Malang.
Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 1 orang putri dan 2 orang putra. Putri pertama bernama Savira Mega Putri. Dia duduk di semester akhir jurusan Sasatra Ingris di Univesrsitas Erlangga Surabaya. Putra kedua bernama Novian Nurdiansyah. Dia duduk di kelas X SMA Muhammadiyah I Jombang dan yang terakhir bernama Izzuddin Farikhi yang saat ini duduk di kelas VII SMP Muhammadiyah I Jombang.
Awal karir beliau dimulai sejak tahun 1991. Saat itu beliau di tugaskan di MTsN.Tambakberas Jombang sebagai staf Tata Usaha, kemudian tahun 2003 beliau mutasi ke MTsN. Tembelang. Setelah 1 tahun, beliau harus menghadapi situasi dan jabatan baru yaitu sebagai Kepala Tata Usaha di MTsN. Bakalan Rayung dan pada tahun 2008 beliau kembali ke MTsN. Tembelang tercinta ini sampai saat ini.
Ada yang menarik dari beliau dan itu perlu kita acungi jempol. Sebagai single parent, beliau tidak pernah menjadikan kondisi dirinya sebagai tantangan dan halangan dalam mengahadapi hidup ini. “ Bagi saya, menjadi single parent itu bukanlah menjadi halangan, tapi menjadi pemacu dan motivasi untuk bekerja lebih baik dan saya tidak pernah melihat halangan atau rintangan dalam hidup saya, karena tantangan bagi saya harus di selesaikan “ tegas beliau.
Bahkan beliau berpesan untuk kita, agar melihat segala sesuatu itu dari proses, bukan hasil, karena dari prose situ kita akan melihat keras dan pahitnya perjuangan yang bisa mengantarkan kita pada manisnya kemenangan. Beliau mengibaratkan kupu-kupu. Kita melihat kupu-kupu itu indah. Tapi kita seringkali lupa bahwa kupu-kupu itu untuk menjadi cantik dan indah itu harus melewati serangkaian proses yang menyulitkan bahkan menyakitkan. Mulai dari ulat yang ditakuti dan dihindari, bersembunyi dan terasing di balik kepompong, sampai akhirnya menjadi makhluk yang indah dan di cintai.
“ Jadi anak-anak, berproseslah sejak sekarang dengan sungguh-sungguh, yakin dan jangan lupa berdoa, teguhkan niat belajar kalian dengan langkah pasti untuk menuju impian. Anak pelajar adalah anak yang pandai menggunakan waktu luangnya untuk belajar “ lanjut beliau dalam pesannya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau yang barangkali bisa pula untuk contoh dan teladani.

Experience Is The Best Teacher

HARDIKNAS DAN INTROPEKSI DIRI


Upacara Senin tanggal 2 Mei 2011 lalu berbeda dengan upacara biasanya. Sebab upaca kali ini bertepatan dengan HARDIKNAS. Suasana sejuk dan matahari yang redup menyelimuti jalannya upacara. Sehingga menjadikan peserta upacara lebih tertib dan tenang karena matahari tidak terlalu menyengat.
Banyak hal yang disampaikan oleh kepala Madrasah yang bertindak sebagai Pembina upacara. Dalam amanatnya ia menyampaikan bahwa dengan peringatan hardiknas ini anak-anak diharapkan untuk meningkatkan PRESTASI DALAM BELAJAR DAN AKHLAQUL KARIMAH sebagaimana tercermin dalam misi dan visi madrasah “ Tingkatkanlah prestasi belajar kalian, tapi jangan lupa pula untuk meningkatkan akhlaqul karimah. Sebab akhir-akhir ini anak-anak banyak yang kurang memperhatikan disiplin dan tata tertib madrasah. Itu menggambarkan bahwa kalian masih kurang memperhatikan masalah akhlaq. Padahal kalian tahu visi dan misi madrasah adalah Menciptakan generasi yang berakhlaqul karimah “ tegasnya.
Beliau Juga bnyak mengutip haditshadits nabi tentang menuntut ilmu “ Uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi “ tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang lahat “ Uthlubul ilma walau bis shin “ tuntulah ilmu walau sampai ke negeri cina.
Intinya, dengan peringatan Hardiknas ini, kita harus bisa berinteropeksi diri. Sebagai guru, sejauh mana peran kita dalam rangka turut mencerdaskan bangsa. Sebagai siswa, seberapa besar kiprah kalian dalam dalam rangka memenuhi harapan guru, orang tua, bangsa dan Negara dalam belajar dan berprestasi sebagai generasi penerus bangsa. Sebab ditangan pemudalah maju mundurnya bangsa. “”